Cerpen: Janji Yang Kubayar Dengan Pengkhianatan

Janji yang Kubayar dengan Pengkhianatan

Kabut tipis menyelimuti Lembah Anggrek, tempat di mana Lin Wei dan Zhao Yan tumbuh bersama. Bukan saudara sedarah, bukan pula kekasih, tapi ikatan mereka lebih kuat dari keduanya: dua anak yatim piatu yang saling menemukan di tengah dinginnya dunia. Lin Wei, dengan senyumnya yang menenangkan bagai mentari pagi, dan Zhao Yan, setenang rembulan yang menyimpan ribuan rahasia di balik cahayanya. Mereka berjanji, di bawah pohon sakura yang selalu mekar di musim semi, untuk saling melindungi, selamanya.

"Janji ini, Wei," bisik Zhao Yan suatu malam, matanya menatap langit yang bertabur bintang. "Akan kita bayar dengan darah, jika perlu."

Lin Wei tersenyum, menggenggam erat tangan Zhao Yan. "Dan aku akan selalu di sisimu, Yan."

Namun, takdir punya rencana lain.

Dua belas tahun kemudian, mereka berdiri di sisi yang berlawanan. Lin Wei, jenderal muda yang gagah berani, memimpin pasukan kerajaan. Zhao Yan, penasihat agung yang licik, berbisik di telinga sang kaisar. Di balik senyum persahabatan yang masih mereka tunjukkan di depan umum, tersembunyi dendam yang membara.

"Wei, kau semakin perkasa," kata Zhao Yan suatu siang, sambil menuangkan teh untuk Lin Wei. "Tapi kekuasaan selalu punya harga."

"Harga yang harus dibayar oleh semua orang, Yan," balas Lin Wei, matanya menusuk tajam. "Termasuk para pengkhianat."

Setiap percakapan mereka adalah dansa di atas jurang maut. Setiap tatapan adalah kilatan pedang yang tertahan. Misteri perlahan terbuka. Kekaisaran dilanda intrik dan konspirasi. Siapa yang sebenarnya mengkhianati siapa?

Ingatan masa lalu terus menghantui. Bayangan pohon sakura, janji yang terucap, semua terasa seperti lelucon kejam. Rahasia besar yang tersembunyi selama bertahun-tahun mulai terkuak: Zhao Yan, ternyata, adalah putra mahkota dari kerajaan yang telah ditaklukkan oleh kerajaan Lin Wei. Janji kesetiaannya pada Lin Wei hanyalah kedok untuk membalas dendam atas kematian keluarganya.

Di malam puncak pertempuran, mereka berhadapan muka. Lembah Anggrek, kini dipenuhi api dan darah.

"Kau tahu, Wei," desis Zhao Yan, pedangnya terhunus. "Aku selalu mengagumimu. Tapi rasa sakit ini… terlalu besar untuk diabaikan."

Lin Wei menggeleng. "Kau telah mengkhianati kita, Yan. Mengkhianati semua yang kita perjuangkan."

Pertempuran mereka sengit, bagai badai yang mengamuk. Di tengah kekacauan, kebenaran akhirnya terungkap. Ayah Lin Wei, jenderal besar yang menaklukkan kerajaan Zhao Yan, telah bersumpah untuk melindungi putra mahkota yang masih bayi. Namun, karena tekanan politik dan ambisi pribadi, ia terpaksa melanggar sumpahnya dan menyembunyikan identitas Zhao Yan, membiarkannya hidup sebagai yatim piatu.

Lin Wei... telah melindungi Zhao Yan, tanpa menyadarinya.

Rasa sakit dan pengkhianatan membelah hati Lin Wei. Ia tahu, balas dendam Zhao Yan tak terhindarkan. Ia membiarkan pedang Zhao Yan menembus dadanya.

Sebelum menghembuskan nafas terakhir, Lin Wei berbisik, "Aku… selalu… menyayangimu..."

You Might Also Like: Distributor Kosmetik Supplier Kosmetik

OlderNewest

Post a Comment