Drama Seru: Ia Datang Saat Aku Sudah Tak Percaya Pada Kehidupan

Ia Datang Saat Aku Sudah Tak Percaya pada Kehidupan

Hujan gerimis membasahi paviliun kecilku. Aroma dupa cendana berpadu dengan pahitnya teh chrysanthemum, menemani malam-malamku yang semakin sunyi. Jari-jariku menari di atas senar guqin, menghasilkan melodi yang lirih, senada dengan penyesalan yang mengalir dalam nadiku. Dulu, aku adalah seorang wanita penuh tawa, seorang cendekiawan yang disegani. Sekarang? Hanya bayangan dari masa lalu, terkungkung dalam keheningan.

Lima tahun lalu, dunia berkhianat padaku. Kekasihku, sahabatku, keluargaku… mereka semua bersekongkol. Aku menemukan surat-surat rahasia, percakapan tersembunyi, tatapan mata yang menyimpan duri. Mereka menginginkan apa yang kumiliki: Kekuatan tersembunyi yang diwariskan turun temurun oleh keluargaku, kemampuan melihat masa depan melalui mimpi.

Aku bisa saja berteriak, menuntut keadilan, membalas dendam dengan pedang. Tapi aku memilih diam. Bukan karena aku lemah. Aku menyimpan rahasia yang LEBIH BESAR, rahasia yang jika terungkap, akan menghancurkan mereka semua. Rahasia tentang asal usul kekuatan itu, tentang konsekuensi jika disalahgunakan.

Lalu, dia datang. Seorang pria asing dengan mata setajam elang, membawa aroma hutan pinus dan misteri yang pekat. Namanya, Li Wei. Ia mendekatiku dengan sabar, menawarkan teh hangat dan kata-kata bijak yang menenangkan. Ia seolah tahu tentang lukaku, tentang rahasia yang kubawa.

Awalnya, aku curiga. Siapa dia? Mengapa ia peduli? Apakah ia bagian dari konspirasi yang sama?

Namun, Li Wei tidak pernah bertanya, tidak pernah memaksa. Ia hanya ada, menjadi pendengar setia, menjadi cahaya di tengah kegelapan. Ia memperlakukanku dengan hormat dan kelembutan yang sudah lama kulupakan. Perlahan, hatiku yang beku mulai mencair. Aku mulai percaya, sedikit demi sedikit, bahwa mungkin… mungkin masih ada kebaikan di dunia ini.

Suatu malam, saat bulan purnama bersinar terang, Li Wei menceritakan kisahnya. Kisah tentang pengkhianatan, tentang kehilangan, tentang pencarian. Ia ternyata seorang penjaga, ditugaskan untuk melindungi keluarga kami dari kekuatan jahat yang selalu mengintai. Ia tahu tentang takdirku.

"Lima tahun lalu," ujarnya dengan suara pelan, "mereka bukan hanya mengkhianatimu, tapi juga mencoba merampas kekuatanmu. Mereka gagal, karena kau memilih diam. Karena kau melindungi rahasia itu."

Saat itulah, kepingan-kepingan misteri mulai menyatu. Ternyata, pengkhianatan itu bukanlah akhir, melainkan awal dari rencana yang jauh lebih besar. Rencana untuk mengaktifkan kekuatan tersembunyi dalam diriku, untuk menghadapi ancaman yang akan datang.

Aku akhirnya mengerti mengapa aku harus diam. Diam bukan berarti menyerah, tapi berarti melindungi. Melindungi diri sendiri, melindungi orang-orang yang kucintai (walaupun mereka telah menyakitiku), melindungi dunia dari kegelapan.

Li Wei membantuku mengendalikan kekuatan itu. Ia mengajariku tentang keseimbangan, tentang pengorbanan, tentang arti sejati dari kekuatan.

Lima tahun berlalu. Mereka yang mengkhianatiku kini hidup dalam penyesalan. Sahabatku jatuh sakit parah, kekasihku kehilangan seluruh hartanya, keluargaku dilanda kesialan bertubi-tubi. Aku tidak melakukan apa pun. Aku hanya menyaksikan takdir berbalik arah, menghukum mereka dengan caranya sendiri.

Kekuatan yang mereka inginkan ternyata membawa kutukan. Mereka gagal memahami bahwa kekuatan sejati bukan terletak pada kemampuan meramal masa depan, tapi pada kemampuan menerima masa lalu dan menghadapi masa depan.

Malam ini, Li Wei berdiri di sampingku, menatap langit yang dipenuhi bintang. "Misi kita selesai," ujarnya. "Kekuatan itu aman. Mereka telah membayar harga."

Aku mengangguk. Aku tidak merasa bahagia, tidak merasa puas. Aku hanya merasa… kosong.

Li Wei berbalik, menatapku dengan mata yang penuh arti. "Sekarang, giliranmu memilih," bisiknya. "Apakah kau akan tetap tinggal di sini, terkurung dalam masa lalu? Atau… akankah kau ikut bersamaku, menuju masa depan yang tak pasti?"

You Might Also Like: Cerita Populer Senyum Yang Membuat

Post a Comment