Kisah Seru: Aku Mencium Tangan Mayatmu, Karena Hanya Itu Caraku Berpamitan.

Bulan perak menggantung rendah di langit Kekaisaran Awan, memantulkan cahayanya ke permukaan Danau Malam yang tenang. Di sana, lentera-lentera kecil mengapung, menyala bagaikan bintang-bintang yang jatuh ke air, menerangi wajah pucat mayat yang terapung di tengahnya. Aku berlutut di tepi danau, dinginnya batu menusuk lututku. Jantungku berdebar tidak karuan. Air mata enggan menetes, seolah jiwaku sudah lama menangis untuk pemandangan ini.

Mayat itu… adalah diriku.

Di dunia manusia, aku dikenal sebagai Li Wei, seorang tabib desa biasa. Sekarang, aku berdiri di sini, di alam roh yang dikenal sebagai Yumei, menatap jasadku sendiri. Dulu aku mati karena penyakit misterius. Di sini, di Yumei, kematianku ternyata hanyalah pintu menuju kehidupan yang baru.

Bayangan di sekitarku mulai bergerak, berbisik. Mereka bukan sekadar bayangan, melainkan gema masa lalu, saksi bisu setiap kejadian. Salah satunya, yang paling gelap, menyuarakan namaku, "Li Wei… ingatlah janji itu." Janji apa? Aku tidak tahu. Memori masa laluku di dunia manusia seperti pecahan kaca, tajam dan sulit disatukan.

Yumei adalah dunia yang magis. Pohon-pohon berbicara dengan suara angin, sungai mengalirkan mimpi, dan bulan… bulan mengingat setiap nama yang pernah diucapkan di bawah cahayanya. Di sini, aku bukan lagi Li Wei, tabib desa. Aku adalah Remnant, jiwa yang memiliki kemampuan untuk melintasi batas antara dunia manusia dan alam roh.

Aku mulai berlatih, belajar mengendalikan kekuatan baruku. Bimbinganku datang dari seorang pria bernama Xuan Yi, seorang Penyihir Bayangan dengan mata setajam belati dan senyum yang menyimpan rahasia. Dia mengatakan bahwa kematianku di dunia manusia bukanlah kecelakaan. Itu adalah takdir yang telah dituliskan jauh sebelum aku lahir.

Xuan Yi membantuku melatih kekuatanku, mengajariku cara berkomunikasi dengan roh-roh penasaran, dan bagaimana memanfaatkan energi Yumei. Tapi semakin dalam aku menggali, semakin banyak pertanyaan yang muncul. Siapa yang menginginkanku mati? Mengapa aku diutus ke Yumei? Dan apa janji yang harus kuingat?

Suatu malam, saat aku berdiri di tepi Danau Malam, menatap pantulan diriku yang lain, Xuan Yi mendekat. "Kau harus kembali, Li Wei," katanya, suaranya rendah dan berat. "Kau harus menemukan kebenaran di balik kematianmu. Di sana, kau akan menemukan siapa yang benar-benar mencintaimu, dan siapa yang memanipulasi takdirmu."

Aku kembali ke dunia manusia, merasuki kembali jasadku yang sudah lama membeku. Begitu menyentuh kulitnya yang dingin, ingatan membanjiriku. Aku ingat! Penyakit itu… bukanlah penyakit. Itu adalah racun. Dan racun itu diberikan kepadaku oleh seseorang yang sangat dekat denganku.

Kemarahan membakar diriku. Aku mencari tahu siapa pengkhianat itu, menyusuri jalan-jalan desa, bertanya kepada setiap orang yang kukenal. Akhirnya, aku menemukan jawabannya. Itu adalah He Lan, sahabatku sejak kecil, wanita yang diam-diam mencintai Xuan Yi. Dia percaya bahwa dengan menyingkirkanku, dia bisa mendapatkan cintanya.

Aku kembali ke Yumei, menghadapi He Lan di tepi Danau Malam. Dia mengakui segalanya, matanya penuh kebencian dan keputusasaan. Xuan Yi berdiri di sampingku, wajahnya tanpa ekspresi. Saat He Lan mencoba menyerangku, Xuan Yi bergerak cepat. Sebuah bayangan hitam menikamnya, membuatnya terjatuh ke danau.

Aku terkejut. "Mengapa?" tanyaku pada Xuan Yi.

Dia menatapku, matanya yang setajam belati kini dipenuhi dengan… kesedihan? "Karena aku mencintaimu, Li Wei. Aku merencanakan semua ini. Aku menciptakan racun itu, aku mengirimmu ke Yumei, aku melatihmu. Semua untukmu."

Dia yang memanipulasi takdirku. Dia yang mencintaiku, dengan cara yang begitu bengkok dan mengerikan.

Aku terdiam. Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan, apa yang harus kulakukan. Semua yang kutahu telah hancur berkeping-keping.

Aku berlutut di samping mayat He Lan, tangannya kini mengambang di air. Aku mengambil tangannya yang dingin, bibirku gemetar. Inilah saatnya aku berpamitan.

"Aku mencium tangan mayatmu," bisikku, air mata akhirnya mengalir. "Karena hanya itu caraku berpamitan."

Sesaat kemudian, aku menoleh ke Xuan Yi. Mata kami bertemu. Aku melihat kegelapan di matanya, kegelapan yang mencerminkan kegelapan di dalam diriku.

Dan di saat itulah, aku tahu, bahwa takdir sebenarnya baru saja dimulai... dan pilihan kita akan bergema selamanya di dunia roh maupun dunia manusia.

Dan sebelum pergi, aku berbisik satu kalimat : Nyanyikanlah untukku, bulan, lagu kematian yang baru!

You Might Also Like: 0895403292432 Skincare Halal Dan Aman

OlderNewest

Post a Comment