Cinta yang Takut Terungkap
Dunia ini retak. Bukan retak karena gempa bumi atau perang nuklir, tapi retak digital. Sinyal hilang timbul seperti harapan yang dicuri. Chat hanya berani berhenti di "sedang mengetik...", sebuah janji virtual yang tak pernah ditepati. Bahkan langit pun enggan menghadiahkan pagi, terperangkap dalam senja abadi. Di tengah kekacauan piksel dan algoritma yang rusak, tumbuhlah benih cinta yang aneh.
Lin Wei, arsitek mimpi yang terperangkap di masa lalu. Ia merindukan sentuhan pena di atas kertas, suara kaset usang, dan aroma buku-buku tua. Dunianya adalah nostalgia, foto-foto buram, dan kenangan yang ia peluk erat seperti harta karun.
Sementara itu, Kai, seorang pengembang aplikasi visioner, hidup di masa depan yang STERIL. Ia dikelilingi hologram, kecerdasan buatan yang sempurna, dan koneksi instant yang terasa hampa. Ia merindukan sesuatu yang nyata, sesuatu yang terasa "rusak", sesuatu yang... manusiawi.
Mereka tidak sengaja menemukan diri mereka di sebuah forum daring yang terlupakan, tempat para jiwa-jiwa kesepian mencari teman. Lin Wei, dengan nama pengguna "SenjaAbadi", dan Kai, dengan nama "PixelRusak", mulai bertukar pesan. Kata-kata mereka bagaikan puisi yang lahir dari notifikasi tengah malam.
"Dulu, kita bisa merasakan hujan di wajah," tulis Lin Wei.
"Di sini, kita hanya melihat simulasinya," balas Kai.
Mereka saling mencari, saling merindukan, padahal terpisah dimensi waktu yang tak terjangkau. Lin Wei mencoba mengirimkan lukisan bunga sakura yang ia buat, tapi pesan itu hilang ditelan internet yang sekarat. Kai berusaha mengirimkan lagu ciptaannya, sebuah melodi tentang kerinduan yang mendalam, tapi hanya terdengar sebagai noise statis di telinga Lin Wei.
Suatu malam, di tengah badai glitch yang hebat, mereka menemukan celah. Sebuah anomali temporal, sebuah jembatan singkat yang menghubungkan masa lalu dan masa depan. Mereka setuju untuk bertemu di titik temu itu, sebuah taman virtual yang dibangun dari kode-kode yang rusak.
Ketika Lin Wei tiba, ia hanya melihat hamparan piksel kosong. Di kejauhan, ia mendengar suara Kai, terdengar seperti bisikan angin.
"Aku di sini," kata Kai, suaranya bergetar. "Tapi aku tidak bisa menyentuhmu."
Mereka berdua menyadari kebenaran yang pahit. Cinta mereka bukanlah takdir, bukan pertemuan yang dijanjikan bintang-bintang. Cinta mereka hanyalah GEMA dari kehidupan yang tak pernah selesai, sebuah proyeksi kerinduan dari dua jiwa yang hilang di labirin waktu.
Lin Wei menatap langit senja yang abadi. Kai menatap hamparan digital yang hampa. Mereka berdua tahu, inilah akhirnya.
Dan sebelum dunia benar-benar padam, Kai mengirimkan pesan terakhir: Apakah kau masih ingat bau hujan...?
You Might Also Like: 0895403292432 Jual Skincare Dengan
Post a Comment